Redam

Saya gagal. Segagal gagalnya. Sehancur hancurnya. Serusak rusaknya. Sebuah banyangan utuh dan hampir berwarna sudah lepas tertiup angin badai puso. Kering, berhawa panas, tidak dapat dihindari.
Saya pikir, impian itu tidak dapat dikali lipatkan. Dibagi pun tidak, ditambah saja hampir mustahil. Hendak kemana kau ketika kakimu dipasung kenyataan pahit? Hendak kemana kau ketika tanganmu diikat kebenaran yang sejajar dengan kepahitan? Baku, dingin, kekal, dan mengurat.
Seharusnya, cukup satu jari saja yang mengacung, agar sisa jari tak terpotong ketika sengaja atau tidak tertuduh salah. Seharusnya, tidak sembarangan atap itu berdiri. Bukan dengan fondasi mimpi dan lantai imaji. BUKAN!
Tugas terakhir, nikmati saja semua bau busuk, nikmati, karena harusnya, kita terbiasa, kalau kita sadar siapa dan apa kita. Tidak bertanya tentang apa kepada siapa.

Posted from WordPress for Android

Leave a comment